Selasa, 13 September 2016

Rahasia Ilahi

Berikut contoh kisah rahasia Ilahi

Meninggal Setelah Selesai Bersilaturahmi


https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjewICDnYzPAhURtJQKHX8aDK
AQjRwIBw&url=http%3A%2F%2Fgabunexxxxx.blogspot.com%2F2012%2F07%2Fhttpwwwdudungnet.html&bvm
=bv.132479545,d.cGc&psig=AFQjCNEfyhzYXr07sP8mP0mrVRyzDwnKVA&ust=1473851908487442

       Suatu hari seorang kakek bercucu tujuh dan beranak tiga yang bernama kakek Ahmad mengunjungi rumah putrinya yang kedua. Beliau mengunjungi rumah putrinya itu dengan tubuhnya yang sudah rapuh dan juga baru sembuh dari sakitnya. Ia begitu merindukan putri dan cucunya karena kira-kira sudah 2 minggu lamanya ia tidak bertemu putrinya. Karena jarak rumah yang jauh,jadi putri kakek Ahmad yang kedua hanya bisa mengunjungi beliau satu bulan sekali. Sebenarnya, kakek Ahmad tau bahwa minggu lusa adalah jadwal putrinya mengunjungi kakek Ahmad. Akan tetapi,rindu yang dirasakan olehnya sudah tidak bisa ditahan lagi.
       Ketika sampai , putri kakek Ahmad menyambutnya dengan senang. Tetapi hati putrinya merasa kaget dan kasihan dengan bapaknya yang datang dengan keadaan lemah. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perjalanan bapaknya tadi. Ia pun berdoa kepada Allah supaya Allah selalu melindungi bapaknya. Putri kakek Ahmad yang bernama Dwi pun menyuguhkan teh panas untuk bapaknya. Setelah itu, kakek Ahmad menunggu dua orang cucu yang sedang menuntut ilmu dengan penuh ketidak sabaran. Dwi memiliki 2 orang anak yang pertama sudah duduk di bangku SMA bernama Aldi dan yang kedua duduk di bangku SMP bernama Alissa. Aldi adalah satu-satunya cucu kakek Ahmad yang berkelamin laki-laki. Sedangkan enam cucunya yang lain adalah perempuan. Jadi,kakek Ahmad memberikan kepercayaan kepada Aldi untuk menjaga dan menuntun enam saudaranya agar selalu berada di jalan Allah ketika sudah tidak ada lagi yang menjaga mereka.
      Setelah cucunya pulang, kakek Ahmad memeluk cucunya yang ia rindukan itu. Selepas itu, beliau menyuruh cucunya untuk membersihkan badan kemudian sholat. Alissa pun menuruti kakeknya. Kemudian ketika Alissa sedang sholat, Aldi pun pulang. Sama seperti Alissa, kakek Ahmad langsung memeluk Aldi.
      Sore hari ketika ayah Alissa dan Aldi belum pulang, kakek Ahmad menasihati dua orang cucunya. Alissa lah yang dinasihati pertama. Kakek Ahmad berkata “ Alissa, sholat sama ngajinya jangan sampai ditinggalkan ya. Jangan lupa belajar yang rajin biar bisa jadi apa yang kamu pengen. Kakek selalu mendoakan kamu sama kakakmu biar bisa jadi apa yang kalian mau. Tapi jangan cuma kakek yang berdoa. Kamu juga harus berdoa sama berusaha biar seimbang.” Alissa berkata “ Ya kek, Alissa akan selalu berusaha dan berdoa biar Alissa bisa jadi apa yang Alissa cita-citakan.” Kakek berkata “ Alissa kepengen jadi apa?” “ Jadi dokter kek.” Ujar Alissa “ Kakek doakan kamu selalu sehat dan sukses,cucuku.”
        Selanjutnya, giliran Aldi dinasihati kakeknya yang sudah rapuh itu. Kakek berkata “ Aldi, kakek pengen kamu itu punya pengetahuan agama lebih dari yang kakek dan ayahmu punya. Nanti ketika kakek sudah meninggal , ayah dan pakde serta ommu sudah tua tentu kamu yang akan menjaga saudara-saudara perempuanmu. Ingat selalu nasihat kakek,cucuku. Kakek itu sayang sekali dengan kalian semua. Kakek pengen kalian semua bisa sukses. Tapi nanti ketika kamu sudah diberi kesuksesan sama Allah, jangan sekali-kali kamu lupakan Allah. Jangan sekali-kali kamu berani meninggalkan sholat. Jangan lupa juga buat selalu berdoa dan berusaha untuk mencapai cita-citamu. Kakek selalu mendoakan kamu, Aldi.”
    Malam hari,ketika ayah Aldi dan Alissa sudah pulang kakekpun berbincang-bincang berdua dengannya. Sedangkan ibu Aldi dan Alissa sibuk menyiapkan makan malam. Aldi dan Alissa pun juga sibuk belajar. Setelah masakan sudah matang, mereka semua makan malam bersama dan sholat isya berjamaah.
     Pagi hari,kakek Ahmad sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya. Ketika pulang,tak lupa beliau menemui tetangga anaknya yang sudah lama ia kenal dan seumuran dengannya. Tetangga Dwi itu jarang sekali dikunjungi anak dan cucunya. Kakek Ahmad pun merasa kasihan dan berkata “ Anggap saja cucu saya itu cucu bapak juga.” Lalu tetangga Dwi berkata “ Terimakasih, pak.” Setelah itu mereka bersalaman dan kakek Ahmad pun pulang.
      Dua minggu kemudian, Dwi dan keluarganya datang ke rumah kakek Ahmad. Ternyata, adik dan kakaknya juga datang ke rumah kakek Ahmad. Dwi sampai di rumah beliau pada sore hari. Setelah sampai, mereka membersihkan badan dan sholat lalu beristirahat sebentar sambal menunggu adzan Maghrib.
      Setelah sholat Maghrib, keluarga kakek Ahmad makan malam bersama kemudian sholat Isya’ berjamaah. Setelah itu, kakek Ahmad dan istrinya serta ketiga anaknya berbincang-bincang di ruang keluarga. Sedangkan cucu-cucunya bermain di halaman rumah.
        Malam sudah mulai larut, perbincangan dihentikan dan kakek Ahmad menyuruh cucu-cucunya untuk tidur. Mereka pun menuruti perkataan kakek Ahmad. Setelah itu,semua pintu dikunci, dan rumah itu menjadi sepi.
      Keesokan harinya ketika ketiga anak kakek Ahmad sedang sibuk memasak untuk sarapan,kakek Ahmad memanggil Dwi. Beliau menyuruh Dwi untuk membuatkannya teh panas. Setelah jadi, Dwi pun memberikan teh panas itu kepada bapaknya “ Lho wi, kok tehnya nggak panas.” Ujar kakek Ahmad “ Sudah panas sekali itu, pak.” Ujar Dwi sambal bingung. Mulai kejadian itu, Dwi merasa khawatir dengan keadaan bapaknya. Setelah itu, kakek Ahmad berkata “ Wi, telapak kaki bapak sepertinya mati rasa. Makanya bapak minta tolong kamu membuat teh panas untuk bapak.” “ Ya pak, sekarang bapak istirahat saja.” Ujar Dwi. Setelah itu, Dwi kembali ke dapur dan menceritakan hal itu kepada kakak dan adik serta ibunya. Ibunya pun sedih dan meminta Lis, anak pertamanya untuk membawa bapaknya itu ke rumah sakit. Lis menuruti perintah ibunya. Ketika perjalanan ke rumah sakit kakek Ahmad merasakan ketidak nyamanan terus menerus. Kemudian Dwi menyuruh Alissa menyuapkan bubur yang sudah ia siapkan untuk sarapan bapaknya. Kakek Ahmad terus memegang dan menundukkan kepalanya.
    Ketika sampai di rumah sakit, dokter memeriksa keadaan kakek Ahmad dan mengharuskan kakek Ahmad dirawat di rumah sakit. Di kamar itu, kakek Ahmad benar-benar tidak merasa nyaman. Selang pernapasan yang membantu pernapasannya bolak-balik beliau lepas. Istri kakek Ahmad dan Ketiga anaknya benar-benar khawatir dengan kondisi kakek Ahmad. Alissa pun juga ikut cemas. Sampai-sampai ia berkata dalam batinnya “ Bagaimana kalau kakek meninggal?” Alissa pun langsung mengucapkan Astaghfirullah. Tak lama kemudian, kakek Alissa berkata “ Kenapa panas sekali?” Alissa terkejut mendengarnya. Dwi pun juga begitu. Padahal, di ruangan itu terdapat AC yang nyala dengan suhu yang paling rendah. Lalu Dwi mengatakan “ Mungkin karena bapak terlalu banyak bergerak.” Kakek Ahmad mencoba untuk tenang. Akan tetapi rasa tidak nyaman yang ia rasakan benar-benar mengganggunya. Lalu, kakek Ahmad kembali berbicara “ Dingin sekali.” Ketiga anak kakek Ahmad sangat bingung dan sedih dengan memburuknya keadaan kakek Ahmad.
          Hari menjelang sore. Dwi, Alissa, dan Aldi harus pulang karena esok harinya Alissa dan Aldi harus sekolah. Dwi berjanji kepada bapaknya besok akan kembali datang untuk menjenguk bapaknya. Mereka pun berpamitan dan pulang.
         Malam hari, Tri adik Dwi menelpon. Tri mengabarkan bahwa kakek Ahmad dalam keadaan koma. Tak lama kemudian, kakek Ahmad meninggal. Begitu terkejut dan sedihnya Dwi mendengar kabar itu. Malam itu juga, Dwi sekeluarga berangkat ke rumah kakek Ahmad. Alissa dan Aldi pun ijin tidak berangkat sekolah untuk besok harinya. Di perjalanan, Dwi terus meneteskan air matanya. Tidak disangka bahwa siang tadi adalah waktu terakhir berbicara dengan bapaknya.
        Ketika sampai di rumah bapaknya, ia tambah menangis karena melihat tubuh bapaknya yang sudah tidak bernyawa lagi. Ia langsung duduk di sebelah jenazah dan mendoakannya. Alissa dan enam saudaranya pun juga menangis. Akan tetapi tidak tersedu sedu. Ketiga anak kakek Ahmad tidak menyangka kemarin malam adalah waktu terakhir mereka semua berkumpul dengan bapaknya.


     One of the lessons we can take from the story above is do not waste time when gathered with family. Because every second time with the family is very precious. 

Bagikan

Jangan lewatkan

Rahasia Ilahi
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 komentar:

Tulis komentar
avatar
22 Oktober 2016 pukul 07.53

kakk bagus ya editannya, isinya juga

Reply